Sabtu, 19 Februari 2011

Kegiatan Fieldtrip Di Kecamatan Bayat Kabupaten Sleman Jawa Tengah Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Maksud dan Tujuan
Field Trip Geologi Struktur dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada praktikan mengenai berbagai fenomena struktur geologi seperti lipatan,sesar,kekar,gores-garis dan struktur-struktur lainnya yang selama belajar di kuliah Geologi Struktur.
Tujuan dari kegiatan fieldtrip geologi struktur ini adalah praktikan mampu mengukur arah dan besar sudut pada suatu kekar baik kekar berapasangan maupun tidak dan sesar serta menentukan jenisnya, mampu mengukur arah dan besar sudut suatu lipatan serta menentukan jenisnya, mampu mendeskripsikan batuan sehingga dapat menentukan urutan umur lapisan batuan, mampu menentukan arah pergerakan sesar sehingga dapat ditentukan jenisnya, mampu merekonstruksi dan menganalisa suatu kekar, sesar, dan lipatan sehingga dapat ditentukan arah gaya, jenis, dan proses terbentuknya.
I.2 Waktu dan Kesampaian Daerah
Field Trip Geologi dilaksanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan 3 stasiun pengamatan.
Hari, Tanggal : Sabtu,11,Desember 2010
Waktu : 06.30 WIB – selesai
1. Stasiun Pengamatan 1 : dukuh Semen, desa Tegalrejo
2. Stasiun Pengamatan 2 : Gunung Jokotuo
3. Stasiun Pengamatan 3 : kaki gunung Kampak

I.3 Alat dan Bahan

1. Peralatan Kelompok
a. Peta Topografi digunakan untuk menentukan lokasi dan untuk mengetahui keadaan topografi lapangan.
b. Palu Geologi yang terdiri dari dua mata palu, yakni :
- bagian runcing yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara mencongkel.
- bagian tumpul yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara memecah.
c. Kompas Geologi digunakan untuk menentukan arah, besar sudut, kemiringan lereng, dan menentukan posisi pada peta.
d. Lup digunakan untuk membantu dalam mengamati susunan mineral pada batuan.
e. Larutan HCl digunakan untuk mengetahui kandungan mineral karbonat pada batuan yang mengandung mineral karbonat
f. Kamera
2. Peralatan Pribadi
a. Pensil dengan kekerasan sedang
b. Ballpoint
c. Sepasang mistar segitiga
d. Busur derajat
e. Karet penghapus
f. Buku catatan lapangan atau kertas tulis dengan clipboard




BAB II
GEOLOGI REGIONAL

II.1 Geomorfologi regional
Secara fisiografis Perbukitan Bayat merupakan suatu inlier dari batuan Pra Tersier dan Tersier di sekitar endapan Kuarter, yang terutama terdiri dari endapan flufio-vulkanik dari Merapi. Elevasi tertinggi dari Puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 meter diatas muka laut, sehingga perbukitan tersebut dapat disebut perbukitan rendah. Perbukitan itu tersebar menurut jalur yang arahnya berbeda. Di bagian barat (Jiwo Barat), jalur puncak-puncak bukit berarah utara selatan, yang diwakili oleh puncak-puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat, yaitu daerah perbukitan Kampak. Di sebelah timur (Jiwo Timur) arah jalurnya adalah barat-timur, dengan puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, dengan percabangan kearah utara, yang terwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak. Di sebelah selatan(jiwo selatan) arah jalurnya adalah timur-selatan dengan puncak-puncak Watutumpeng,Eyangkuto,Watugenuk,Watukucing,Joyo,Semilir.Bentang alam daerah Bayat merupakan bentuk lanjut dari suatu Pegunungan Lipatan, terdiri dari perbukitan homoklin, perbukitan lipatan, perbukitan intrusi dan perbukitan lembah antiklin dengan sungai-sungai konsekuen, subsekuen dan obsekuen mengalir yang secara membentuk pola aliran dendritik.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan pegunungan yang tumpul sehingga kenampakan puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alur tidak banyak dijumpai. Sebagai contoh adalah perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan perbukitan Tugu-Kapak di Jiwo Barat. Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorf, ini terisi oleh campuran endapan pasir Merapi, endapan lempung hitam dan endapan rombakan dari Pegunungan Selatan. Endapan lepas yang berumur kuater ini diduga menutup lembah sesar yang membatasi Pegunungan Selatan dengan perbukitan Jiwo. Jenis dan arah gerak sesar saat ini belum ditemukan.
II.2 Strarigrafi Geologi Regional
Dari penyimpulan hasil peneliti terdahulu, secara garis besar stratigrafi daerah Pegunungan dapat dinyatakan dalam dua macam urutan. Yang pertama adalah stratigrafi bagian barat, yang pada dasarnya bersumber kepada hasil penelitian Bothe (1929). Sedangkan bagian timur, yang terletak di sebelah selatan dan tenggara depresi Wonogiri-Baturetno urutan stratigrafinya disusun oleh Sartono (1958).

Tabel 1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan (Surono dkk, 1992)
Pegunungan Selatan bagian barat secara umum tersusun oleh batuan sedimen volkaniklastik dan batuan karbonat. Batuan volkaniklastiknya sebagian besar terbentuk oleh pengendapan gayaberat (gravity depositional processes) yang menghasilkan endapan kurang lebih setebal 4000 meter. Hampir seluruh batuan sedimen tersebut mempunyai kemiringan ke selatan.
Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda
adalah :
1. Formasi Kebo-Butak
2. Formasi Semilir
3. Formasi Nglanggran
4. Formasi Sambipitu
5. Formasi Oyo-Wonosari
6. Endapan Kuarter
7.
1. Formasi Kebo-Butak
Formasi ini secara umum terdiri dari konglomerat, batupasir dan batulempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbid maupun pengendapan gaya berat yang lain. Di bagian bawah, yang oleh Bothe disebut sebagai Kebo beds tersusun atas perselang selingan antara batupasir, batulanau dan batulempung yang khas menunjukkan struktur turbidit, dengan perselingan batupasir konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian bawah ini diterobos oleh sill batuan beku.
Bagian atas dari Formasi ini, yang disebut sebagai Anggota Butak, tersusun oleh perulangan batupasir konglomeratan yang bergradasi menjadi lempung atau lanau, ketebalan total dari Formasi iin kurang lebih 800 m. Urutan batuan yang membentuk Formasi Kebo-Butak ini ditafsirkan terbentuk pada lingkungan lower submarine fan dengan beberapa interupsi pengendapan tipe mid fan (Rahardjo, 1983), yang terbentuk pada akhir Oligosen (N2-N3) (Sumarso & Ismoyowati, 1975; van Gorsel et al., 1987).




2. Formasi Semilir
Secara umum Formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulanau yang bersifat tufan, ringan, kadang-kadang dijumpai selaan breksi vulkanik. Fragmen yang membentuk breksi maupun batupasir pada umumnya berupa fragmen batuapung yang bersifat asam. Di lapangan pada umumnya menunjukkan perlapisan yang baik, struktur-struktur yang mencirikan turbidit banyak dijumpai. Langkanya kandungan fosil pada formasi ini menunjukkan bahwa pengendapanyya berlangsung secara cepat atau pengendapan tersebut terjadi pada lingkungan yang sangat dalam, berada di bawah ambang kompensasi karbonat (CCD), sehingga fosil gampingan sudah mengalami korosi sebelum dapat mencapai dasar pengendapan. Umur dari Formasi ini diduga adalah awal dari Miosen (N4) berdasar atas terdapatnya Globigerinoides primordius pada bagian yang bersifat lempungan dari formasi ini di dekat Piyungan (van Gorsel, 1987). Formasi Semilir ini menumpang secara selaras di atas Anggota Butak dari Formasi Kebo-Butak. Tersingkap secara baik di wilayah tipenya yaitu di tebing gawir baturagung di bawah puncak Semilir.
3. Formasi Nglanggran
Berbeda dengan formasi yang sebelumnya, formasi Nglanggran ini tercirikan oleh penyusun utama berupa breksi dengan penyusun material vulkanik, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup besar. Bagian yang terkasar dari breksinya hampir seluruhnya tersusun oleh bongkah-bongkah lava andesit dan juga bom andesit. Diantara masa breksi tersebut ditemukan sisipan lava yang sebagian besar telah mengalami breksiasi.
Formasi ini ditafsirkan sebagai hasil pengendapan aliran rombakan yang berasal dari gunung api bawah laut, dalam lingkungan laut dan proses pengendapan berjalan cepat, yaitu hanya selama awal Miosen (N4).
Singkapan utama dari Formasi ini ada di gunung Nglanggranpada perbukitan Baturagung. Kontaknya dengan Formasi Semilir di bawahnya berupa kontak tajam. Hal ini berakibat bahwa formasi Nglanggran sering dianggap tidak selaras di atas Semilir, namun harus diperhatikan bahwa kontak tajam tersebut dapat terjadi akibat berubahnya mekanisme pengendapan akibat gayaberat. Van Gorsel (1987) menganggap bahwa pengandapan Nglanggran ini dapat diibaratkan sebagai proses runtunhnya gunungapi semacam Krakatau yang berada di lingkungan laut.
Ke arah atas yaitu ke arah Formasi Sambipitu, Formasi Nglanggran berubah secara bergradasi, seperti yang terlihat di singkapan di Sungai Putat. Lokasi yang diamati untuk EGR tahun 2002 berada pada sisi lain sungai Putat, dimana kontak kedua formasi ini ditunjukkan oleh kontak struktural.
4. Formasi Sambipitu
Di atas Formasi Nglanggran terdapat formasi batuan yang menunjukkan ciri-ciri terbidit, yaitu Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun terutama oleh batupasir yang bergradasi menjadi batulanau atau batulempung. Di bagian bawah, batupasirnyamasih menunjukkan sifat vulkanik sedang ke atas sifat vulkanik ini berubah menjadi batupair yang bersifat gampingan. Pada batupasir gampingan ini sering dijumpai fragmen dari koral dan forminifera besar yang berasal dari lingkungan terumbu laut dangkal, yang terseret masuk ke dalam lingkungan yang lebih dalam akibat pengaruh arus turbid.
Ke arah atas, Formasi Sambipitu berubah secara gradasional menjadi Formasi Wonosari (Anggota Oyo) seperti yang terlihat pada singkapan pada sungai Widoro di dekat Bunder. Formasi Sambipitu terbentuk selama jaman Miosen, yaitu antara N4-N8 (Kadar, 1986) atau NN2-NN5 (Kadar, 1990).
5. Formasi Oyo-Wonosari
Selaras di atas formasi Sambipitu terdapat Formasi Oyo-Wonosari. Formasi ini terdiri terutama dari batugamping dan napal. Penyebarannya meluas hampir setengah bagian selatan dari Pegunungan Selatan memanjang ke arah timur, membelok ke arah utara di sebelah timur perbukitan Panggung hingga mencapai bagian barat dari daearh depresi Wonogiri-Baturetno.
Bagian terbawah dari Formasi Oyo-Wonosari terutama terdiri dari batugamping berlapis yang menunjukkan gejala turbidit karbonat yang diendapkan pada kondisi laut yang lebih dalam, seperti yang terlihat pada singkapan pada daerah dekat muara sungai batugamping berlapis, menunjukkan gradasi butir dan pada bagian yang halus banyak dijumpai fosil jejak tipe burrow yang terdapat pada bidang permukaan perlapisan ataupun memotong sejajar dengan perlapisan. Batugamping kelompok ini disebut sebagai Anggota Oyo dari Formasi Wonosari (Bothe, 1929) atau Formasi Oyo (Rahardjo dkk, 1977 dalam Toha dkk,1994).
Ke arah lebih muda, Anggota Oyo ini bergradasi menjadio dua Fasies yang berbeda. Di daerah Wonosari, batugamping ini makin ke arah selatan semakin berubah menjadi batugamping terumbu yang berupa rudstone, framestone, dan floatstone, bersifat lebih keras dan dinamakan sebagai Anggota Wonosari dari Formasi Oyo-Wonosari (Bothe, 1929) atau Formasi Wonosari (Rahardjo dkk, 1977 dalam Toha dkk, 1994). Sedangkan di baratdaya kota Wonosari, batugamping terumbu ini berubah fasies menjadi batugamping berlapis yang bergradasi menjadi napal, dan disebut sebagai Anggota Kepek dari Formasi Wonosari. Anggota Kepek ini juga tersingkap di bagian timur, yaitu di daerah depresi Wonogiri-Baturetno, di bawah endapan Kuarter seperti yang terdapat di daerah Erokomo. Secara keseluruhan, Formasi Wonosari ini terbentuk selama Miosen Akhir (N9-N18).
6.Endapan Kuarter
Di atas seri batuan sedimen Tersier seperti tersebut di depan terdapat suatu kelompok sedimen yang sudah agak mengeras sehingga masih lepas. Karena kelompok sedimen ini berada di atas bidang erosi, serta proises pembentukannya masih berlanjut hingg saat ini, maka secara keseluruhan sedimen ini disebut sebagai Endapan Kuarter. Penyebarannya meluas mulai dari daerah timurlaut Wonosari hingga daerah depresi Wonogiri-Baturetno. Singkapan yang baik dari endapan kuarter ini terdapat di daerah Erokomo sekitar waduk Gadjah Mungkur, namun pada EGR ini tidak dilewati.
Secara stratigrafis endapan kuarter di daearh Eropkromo, Wonogriri terletak tidak selaras di atas sedimen Tersier yang berupa batugamping berlapis dari Formasi Wonosari atau breksi polimik dari formasi Nglanggran. Ketebalan tersingkap dari endapan Kuarter tersebut berkisar dari 10 meter hingga 14 meter. Umur endapan Kuarter tersebut diperkirakan Plistosen Bawah.
Stratigrafi endapan kuarter di daerah Erokomo, Wonogiri secara vertikal tersusun dari perulangan antara tuf halus putih kekuningan dengan perulangan gradasi batuipasir kasar ke batupasir sedang dengan lensa-lensa konglomerat. Batupasir tersebut berstruktur silangsiur tipe palung, sedangkan lapisan tuf terdapat di bagian bawah tengah dan atas. Pada saat lapisan tuf terbentuk, terjadi juga aktivitas sungai yang menghasilkan konglomerat.
II.3 Struktur Geologi Regional
Di selatan Bayat, terdapat dataran rendah yang berarah memanjang barat-timur, sejajar dengan kaki Pegunungan Selatan yang berada di selatannya. Dataran Bukit ini terpotong oleh sesar dan singkapan batuan metamorf tergeser ke arah timur laut di daerah Padasan, G. Semangu dan berbelok ke utara hingga daerah Jokotuo, dijumpai marmer yang merupakan kantong diantara filit.Di bagian utara dari Jiwo Barat yaitu di G. Tugu, G. Kampak dan daerah Ngembel serta bagian utara, timur dan tenggara dari Jiwo Timur, msing-masing di G. Jeto, G. Bawak, G. Temas dan di G. Lanang, tersingkap batugamping yang menumpang secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Di bagian tenggara G. Kampak dan di G. Jeto, batugamping ini menumpang di atas batuan metamorf, sedang di Temas menumpang di atas batuan beku. Batugamping ini terdiri dari dua fasies yang berbeda. Fasies yang pertama terdiri dari batugamping algae, kenampakan perlapisan tidak begitu jelas. Algae membentuk struktur onkoid dalam bentuk bola-bola berukuran 2 hingga 5 cm. Fasies seperti ini dijumpai di G.Kampak, bagian selatan G.Tugu, G. Jeto, G. Bawak dan di bagian barat G.Temas. Fasies yang kedua berupa batugamping berlapis, yang merupakan perselingan antara kalkarenit dengan kalsilutit. Fasies batugamping berlapis ini dijumpai di Ngembel, utara G. Tugu, bagian timur G. Temas dan di G. Lanang. Di beberapa tempat kalsilutitnya menebal kearah lateral dan berubah menjadi napal, seperti yang terdapat di utara G. Tugu. Fasies ini tidak menunjukkan struktur alga dan kaya akan kandungan foraminifera plangon, kemungkinan diendapkan di dangkalan karbonat yang lebih dalam ditandai dengan adanya struktur nendatan (slump structures) seperti yang terlihat di bagian timur Temas dan di G. Lanang. Di selatan G. Temas dijumpai kontak antara batuan beku dengan batugamping. Batuan bekunya sudah sangat lapuk, menunjukkan tanda-tanda retakan yang kebanyakan telah terisi oleh oksida besi (limonit) dan sebagian terisi oleh kalsit. Retakan pada batuan beku tersebut tidak menerus pada batugamping. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum pengendapan batugamping, batuan bekunya telah mengalami retakan, terisi oleh hasil pelapukannya sendiri yang berupa limonit. Setelah terjadi pengendapan batugamping, sebagian dari karbonatnya mengisi celah akibat retakan tersebut membentuk urat kalsit. Belakangan setelah batugamping terangkat dan tererosi, sebagian dari urat kalsit pada batuan beku ini bersama batuan bekunya tersingkap dan mengalami pelapukan, membentuk tanah. Urat kalsit yang ada mengalami pelarutan dan pengendapan kembalidalam bentuk caliche, seperti yang banyak dijumpaidi barat G. Temas dan lereng timur dan selatan G.Pendul. Berdasarkan kandungan fosilnya, batugamping neogen di Perbukitan Jiwo ini menunjukkan umur N12 atau Miosen Berdasarkan atas umur ini maka batugamping tersebut dapat dikorelasikan dengan Formasi Wonosari untuk fasies batugamping algae , sedangkan fasies batugamping berlapis adalah sepadan dengan formasi Oya.Setelah pengendapan batugamping, di Perbukitan Jiwo tidak diketemukan lagi batuan lain yang berumur Tersier. Jaman Kuarter terwakili oleh breksi lahar, endapan pasir fluvio-vulkanik Merapi serta endapan lempung hitam dari lingkungan rawa. Breksi lahar dijumpai pada bagian utara dari perbukitan Ngembel, berupa breksi dengan fragmen andesit yang berukuran aneka ragam, mulai dari kerikil hingga bongkah. Fragmen tersebut tersebar umumnya mengapung pada matriks yang berukuran lanau sampai pasir halus, bersifat tufan. Gejala perlapisan dan fosil tida ditemukan pada breksi ini. Breksi ini diduga berasal dari aktifitas aliran lahar dari G. Merapi dari arah barat laut, yang berhenti karena membentur bukit batugamping Ngembel, dan terjadi pada kala Pleistosen.



BAB III
PEMBAHASAN TIAP STASIUN

III .1 Stasiun Pengamatan 1
a. Geomorfologi Daerah Pengamatan 1
STA 1 merupakan daerah perbukitan terdapat beberapa macam kekar, diantaranya kekar gerus, kekar berpasangan dengan menghitung besarnya kekar gerus dan kekar gerus.

b. Litologi Daerah Pengamatan 1

Macam dan jenis litologi yang ditemukan pada Lokasi pengamatan 1 adalah

Gbr.zeolit
Jenis batuan : Zeolit
Warna : Hijau keabu-abuan
Struktur : berlapis
Tekstur : klastik
Ukuran Butir : Coarse Sand Medium – High
Kemas : Tertutup
Sortasi : Sedang – Baik
Bentuk Butir : Sub Angular
Komposisi : mineral karbonatan hijau berukuran halus, Feldspar, zeolit

c. Struktur Geologi Daerah Pengamatan
Pada stasiun pengamatan 1 ditemukan beberapa macam kekar seperti kekar gerus, kekar tarik kekar release patahan dan sesar . Pengukuran hanya dilakukan untuk menghitung besarnya kekar berupa kekar perlapisan kekar tarik kekar gerus dan sesar. Sedangkan untuk kekar release sulit untuk dilakukan pengukuran karena menentukan kekar release tersebut juga sulit. Pengukuran arah dan besar sudut kekar tersebut digunakan untuk menganalisa arah gaya relatif pada stasiun pengamatan yang dilakukan pengukuran ini. Data pengukuran berupa data kekar gerus berpasangan dan kekar perlapisan.
Data Kekar perlapisan:
N450E/300
N650E/280
N750E/270
N550E/280
N630E/280

Gbr.kekar perlapisan,kamera menghadap kea rah utara
Kekar tarik:
N2140E/580
N2250E/450
N2100E/650

Gbr.Kekar tarik,kamera menghadap kea rah selatan

Kekar gerus:
1. Kelompok I
• N87E/84 X N151E/87 N88E/58 X N158E/55
• N155E/84 X N89E/85 N75E/79 X N165E/70
• N145E/84 X N102E/80 N175E/75 X N83E/68
• N81E/87 X N159E/85 N162E/62 X N79E/68
• N50E/75 X N94E/81 N87E/57 X N163E/65
2. Kelompok II
• N270E/60 X N130E/54 N150E/60 X N100E/80
• N105E/55 X N90E/71 N87E/60 X N100E/80
• N260E/64 X N155E/71 N163E/81 X N268E/81
• N95E/72 X N320E/62 N92E/81 X N153E/85
• N273E/58 X N160E/52 N317E/77 X N94E/80
3. Kelompok III
• N86E/88 X N333E/86 N89E/85 X N345E/75
• N77E/80 X N 332E/84 N83E/77 X N330E/83
• N80E/87 X N338E/88 N85E/81 X N340E/74
• N86E/82 X N334E/87 N75E/78 X N337E/77
• N87E/78 X N312E/72 N317E/77 X N94E/80
4. Kelompok IV
• N194E/51 X N27E/61 N342E/75 X N250E/59
• N33E/77 X N98E/70 N229E/84 X N324E/79
• N2E/70 X N352E/73 N352E/73 X N277E/65
• N263E/84 X N340E/80 N87E/84 X N151E/87
• N145E/65 X N91E/78 N155E/85 X N89E/85
5. Kelompok V
• N17E/78 X N27E/61 N342E/75 X N250E/59
• N33E/77 X N98E/70 N229E/84 X N324E/79
• N2E/70 X N274E/67 N352E/73 X N277E/65
• N263E/73 X N340E/80 N87E/84 X N151E/87
• N145E/65 X N91E/78 N155E/85 X N89E/85
6. Kelompok VI
• N5E/65 X N28E/55 N263E/73 X N348E/80
• N340E/63 X N284E/75 N145E/85 X N348E/80
• N12E/80 X N84E/70 N2E/70 X N27E/67
• N17E/70 X N274E/4 N229E/84 X N324E/79
• N33E/77 X N98E/8 N352E/73 X N277E/65
7. Kelompok VII
• N189E/65 X N210E/74 N194E/68 X N187E/69
• N194E/68 X N187E/69 N201E/66 X N265E/61
• N265E/70 X N190E/66




















Tabel data kekar gerus STA 1
Interval
N…oE Turus Frekuensi (%) Interval
N…oW Turus Frekuensi (%)
0-5 || 2 1.54 0-5 || 2 1.54
5-10 || 2 1.54 5-10 ||| 3 2.31
10-15 |||| 4 2.08 10-15 ||| 3 2.31
15-20 |||| 4 2.08 15-20 |||| |||
8 6.15
20-25 | 1 0.77 20-25 |||| |||
8 6.15
25-30 | 1 0.77 25-30 |||| |||| |||
13 10
30-35 ||| 3 2.31 30-35 |||| |
6 4.52
35-40 | 1 0.77 35-40 || 2 1.54
40-45 0 0 40-45 || 2 1.54
45-50 ||| 3 2.31 45-50 || 2 1.54
50-55 - 0 0 50-55 - 0 0
55-60 - 0 0 55-60 - 0 0
60-65 | 1 0.77 60-65 - 0 0
65-70 || 2 1.54 65-70 - 0 0
70-75 ||| 3 2.31 70-75 | 1 0.77
75-80 |||||
6 4.52 75-80 ||| 3 2.31
80-85 |||| |||| ||
12 9.23 80-85 |||| |
6 4.52
85-90 |||| |||| |||| 14 10.78 85-90 |||| |||| ||
12 9.23
Jumlah 59 45.39 Jumlah 71 54.61



Gbr.Histogram




Gbr.kekar gerus,kamera menghadao kea rah selatan

Sesar:
N200E/50

III.2 Stasiun Pengamatan 2

a. Geomorfologi Daerah Pengamatan 2
Geomorfologi daerah pengamatan 2 merupakan perbukitan dimana dulunya daerah ini merupakan lautan dangkal karena gaya tektonik maka daerah tersebut terangkat ke daratan.Pengukuran yang di lakukan di daerah ini adalah pitch,striasi,compression shear fracture,dan tension gash.
b. Litologi Daerah Pengamatan
Di stasiun 2 ditemukan batuan metamorf .Dimana batumarmer merupakan lensa pada sekis filit. Macam dan jenis litologi yang ditemukan pada Lokasi pengamatan 2
adalah:

Gbr.Marmer
Warna : putih
Tekstur : granoblastik
Struktur :non foliasi
Komposisi : kalsit (mineral karbonat)
Nama : Marmer

Gbr.sekis filit
Warna : abu – abu
Tekstur : Lapidoblastik
Struktur :Foliasi
Komposisi : Mika,garnet,kuarsit
Nama : Schist phylit

Gbr.sekistosik
Warna : hitam
Tekstur : masif
Struktur :foliasi
Komposisi : mika, amfibol
Nama : sekistosik
c. Struktur Geologi Daerah Pengamatan
Pada stasiun pengamatan 2 ditemukan beberapa macam Geologi Struktur seperti Compression shear fracture,pitch,Tension gash dan gores-garis(striasi). Pengukuran hanya dilakukan untuk menghitung besarnya Compression Shear fracture,tension gash,pitch dan gores-garis. Pengukuran arah dan besar sudut kekar tersebut digunakan untuk menganalisa arah gaya relatif pada stasiun pengamatan yang dilakukan pengukuran ini.


Compression shear fracture:
N710E/880
Tension Gash
N2300W/870

Gbr.CSF dan TG,kamera menghadap ke arah barat

Pitch
N540 ke arah tenggara

Gbr.pitch,kamera menghadap kea rah barat


III. 3 Stasiun Pengamatan 3


a. Geomorfologi Daerah Pengamatan 3

Stasiun Pengamatan 3 terletak di utara pegunungan Jiwo Barat tepatnya di Gunung Kampak. Daerah ini terbentuk dari Formasi Oyo dan Formasi Wonosari pada masa miosin tengah hal tersebut dapat diketahui dari tersingkapnya batugamping berlapis dan batugamping algae di lokasi ini. Pada lokasi Gunung Kampak batugamping menumpang pada batuan metamorf. Batugamping di gunung kampak sudah hampir habis karena dijadikan tempat pertambangan tradisional..Pada lokasi ini terdapat lapisan batugamping dimana banyak terdapat struktur laminasi dan gradasi yang terlihat sebagai struktur batuan sedimen karbonat yang menunjukan bahwa sebelumnya daerah ini merupakan suatu lautan dimana proses sedimentasinya terjadi. Pada batugamping ini banyak terdapat urat-urat kalsit yang mengisi rekahan-rekahan akibat adanya kekaryang mengalami sesar dan terlihat pula cermin sesarnya. Di lokasi ini, kami mengamati sesar yang terjadi dengan menghitung Strike, Dip, Pitch, Bearing, Plunge serta Gores garis pada hanging wallnya.

b. Litologi Daerah Pengamatan
Di Stasiun pengamatan ditemukan batugamping,dimana dapat menunnjukkan bahwa dulunya daerah ini merupakan lingkungan lautan dangkal karena disebabkan oleh tektonik maka daerah ini terangkat ke atas.Batugamping di gunung ini merupakan formasi wonosari.


Gbr.batugamping

Warna : putih
Tekstur : ukuran butir batupasir
Sortasi : baik
Kemas : tertutp
Bentuk butir : rounded high sphericity
Struktur : masif
Komposisi : kalsit
Nama : Batugamping kalkarenit
c. Struktur Geologi Daerah Pengamatan
Pada stasiun pengamatan 3 ditemukan sesar turun. Pengukuran hanya dilakukan adalah untuk menghitung besarnya strike,dip,pitch trend dan plunge. Pengukuran arah dan besar sudut geologi struktur tersebut digunakan untuk menganalisa arah gaya relatif pada stasiun pengamatan yang dilakukan pengukuran ini.

Strike:
N1050E/420
Trend:
N3500E
Plunge:
220

Gbr.sesar turun,kamera menghadap kea rah utara







KESIMPULAN


Setelah mengikuti Fieldtrip Geologi Struktur pada tanggal 11 Desember 2010 dan menganalisis bermacam-macam fenomena Geologi Struktur yang tampak di lapangan,maka dapat menarik kesimpulan pada STA 1 kita dapat menghitung arah gaya pembentuk kekar dan jenis kekar yang ada. Di STA 2 dapat menganalisa pergerakan pada batuan,dan pada STA 3 dapat menganalisa sesar pada gunung Kampak. Di STA 1 mengukur kekar gerus yang bekerja pada batu zeolit.Perhitungan dengan cara grafis dengan metode Histogram memperoleh arah gaya sebesar 300. Pada STA 2 telah mengukur beberapa macam geologi struktur berupa tension gash,compressin shear fracture dan pitch dengan data tersebut dapat menghitung arah gaya dengan cara stereografis.Dari hasil stereografis tersebut dapat menyimpulkan bahwa jenis sesar yang ditemukan di daerah tersebut adalah sesar geser sinistral karena dari hasil stereografis menunjukkan sigma 3 di kuadran II dan IV sedangkan sigma 1 di kuadran I dan III. Pada STA 3 diperoleh kesimpulan bahwa pada lokasi ini terdapat sesar turun karena diperoleh nilai Strike N1050E/420 ,Trend N3500E,Plunge N220Eakibat proses endogen bumi dan dapat dilihat di hanging wall dan footwallnya dan melihat arah pergerakan sesar dari gores garis yang terdapat pada hanging wallnya. Juga dapat ditentukan jenis sesar dari besarnya tension gash ataupun compression shear fracture, bila besarnya tension gash curam atau lebih dari 45º maka kemungkinan terjadi adalah sesar turun, begitupula sebaliknya. Pada lokasi ini ditemukan lapisan batugamping.Dari hadirnya batugamping tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut dulunya merupakan lautan dangkal karena disebabkan oleh gaya tektonik maka daerah tersebut terangkat.



DAFTAR PUSTAKA

Asisten Praktikum Geologi Struktur.2009. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Billings, M.P. 1954. Structural Geology. Tokyo: Charles E. Tuttle Company. Katili, J.A. dan P. Marks. 1963. Geologi. Bandung: Kilat Madju.
Soetoto, Ir., S.U. 1995.Diktat Kuliah Geologi .Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

4 komentar:

  1. Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Jawa Tengah

    BalasHapus
  2. Harrah's Hotel and Casino - Hendon Mobhub
    Located 안양 출장샵 in Hendon Mob 김제 출장마사지 B, Harrah's Hotel and Casino is an 계룡 출장샵 exciting casino- 남원 출장안마 resort offering the best in entertainment, dining, shopping and more. 목포 출장마사지

    BalasHapus